Pukul 09.30 kami check-out dan menyewa luggage service seharga 10 baht perhari
karena sorenya kita akan berangkat ke Phuket. Kami pun berjalan sambil melihat map of Bangkok yang saya dapatkan di
bandara. Di perjalanan, kami bertemu 2 bule cewek asal Amerika dan Scotland.
Mereka ternyata juga mau menuju ke Grand Palace. Scam pun datang. Ada seorang supir tuk-tuk yang bilang kalau Grand
Palace tutup. Namun karena saya pinter, saya pun tau kalau itu adalah jebakan
(kata artikel di internet seh J).
Saya pun mengajak bule tersebut agar tidak mengikuti informasi supir tuk-tuk
itu, dan ternyata dia juga udah tau kalau itu adalah scam. Syukurlah.
Di perjalanan saya pun sempat
ngobrol denga bule asal Scotland yang namanya saya lupa. Dia bilang kalau ini
pertama kalinya ke Thailand dan udah 2 minggu di Bangkok. Dua hari lagi dia
akan balik ke negaranya.
Setelah sampai di Grand Palace
kami pun berpisah dengan mereka. Ketika berjalan menuju pintu gerbang, saya
sempat didatangi supir tuk-tuk yang menawarkan hal yang sama. Namun saya tolak
aja. Setelah sampai di gerbang Grand Palace saya pun sangat kagum dengan
arsitektur bangunan ini. Kuil yang didominasi dengan warna emas yang merupakan
ikon kota Bangkok ini merupakan destinasi yang wajib dikunjungi karena sangat
keren (saya tidak pandai berbicara sehingga akan sangat sulit untuk
mengungkapkannya). Tiket masuk sebesar 400 baht dan open everyday. Saya pun mengambil banyak foto disini. Kuil ini
sangat luas, dan hati-hati kalau tidak menemukan pintu keluar dari komplek ini
saking luasnya. Disini saya bertemu seorang bule asal Amerika, namanya George. Bule
ini agak aneh, tapi baik orangnya. Dia meminta saya untuk mengabadikan momennya
ketika beribadah disini. Saya sempat masuk ke Emerald Budha, namun disini tidak
diperbolehkan untuk mengambil foto. Saya pun hanya melihat orang-orang
beribadah disini.
Grand Palace
Grand Palace
Grand Palace
Pukul 12.30 kami pun keluar dari
Grand Palace dan membeli mango juice seharga
25 baht dan drink water seharga 10
baht. Jus nya enak dan seger, namun hanya sedikit isinya. Kemudian kami
beristirahat di taman burung di depan Grand Palace. Lagi-lagi, scam pun datang. Ketika saya duduk, saya
dihampiri orang yang memberikan jagung untuk makan si burung merpati, namun
saya langsung menolaknya. Orang tersebut memaksa memberikan jagung itu namun
saya segera pergi dan secara tidak sengaja saya menjatuhkan bungkusan plastic berisi
jagung itu (salahmu sendiri, aku gak mau kok dipaksa).
Saya pun kembali ke Khaosan
menggunakan taksi meter seharga 40 baht berdua. Sampai di Khaosan, saya membeli
makan rice chicken garlic and paper
seharga 40 baht. Sebelumnya saya bilang kepada pedagangnya kalau saya gak mau pork, namun dia gak ngerti maksudku. Kemudian
ada seorang supir tuk-tuk yang membantu saya kelau saya tidak mau pork tentunya dengan bahasa Thai.
Pukul 14.30 kami pergi ke Sai Tai
Mai atau Southern Bus Terminal
setelah sebelumnya tanya kepada petugas lobby
hotel sambil mengambil tas ransel yang dititipkan tadi. Setelah tanya ke polisi
bus nomor berapa jika mau ke Sai Tai Mai, eh malah menyarankan naik taksi saja.
Katanya “Go there by taxi make you happy”. Kampret…
Akhirnya kami pun naik taksi ke
Sai Tai Mai dengan menggunakan taksi warna pink seharga 100baht. Enak dan
nyaman taksinya. Satu lagi, tarif taksi disana berdasarkan jarak yang ditempuh,
jadi tidak berdasarkan waktu. But I’m not
sure.
Pukul 15.30
kami sampai di Sai Tai Mai. Ini adalah stasiun bus yang sangat inovatif. Bayangkan
saja, ada stasiun bus di dalam mall. Jadi kami menenteng ransel sambil ke mall.
Setelah sampai di loket pembelian tiket, kami membeli tiket bis kelas ekonomi
ke Phuket seharga 680baht untuk keberangkatan 16.30. Waktu perjalanan ke Phuket
memakan waktu kurang lebih 12 jam. Loket untuk kelas ekonomi berwarna kuning. Setelah
dapat tiket, saya pun menyempatkan waktu muter-muter mall. Saya membeli Apple Green Tea seharga 35 baht. Sebenarnya harga yang
tertera 30 baht ditambah pajak sebesar 5 baht jadi harganya 35 baht. Mbak-nya
sempat senyum-senyum kepada saya, saya pun balas dengan senyuman manis tentunya.
Hehe.
Loket tiket Bangkok-Phuket
Suasana di Sai Tai Mai
Pukul 16.25
kami segera menuju bis sambil berlari karena takut ketinggalan bis. Sampai di
dalam bis saya sangat kagum. Ini bis kelas ekonomi apa eksekutif ya?? Bis nya
terdiri dari 2 lantai. Kebetulan kami memilih di lantai atas bangku depan
sendiri. Fasilitas yang didapat seperti kelas eksekutif juga. Setiap penumpang akan
mendapatkan mineral water, jus buah, kue,
selimut, makan malam dan tissue basah ketika pagi hari. Dan yang paling
menarik, ada seorang pramugari yang siap melayani kebutuhan penumpang (kayak di
pesawat saja), namun pramugarinya udah agak tua, hehe.
Pukul 21.30 bus
berhenti untuk makan malam. Saya pun segera duduk di meja makan, kemudian
diambilkan semangkok nasi oleh ibu-ibu di dekat saya. Pertama kali saya melihat
Traditional Food ini saya merasa gak
nafsu makan. Bayangkan saja, kalau di Indonesia nasi itu gak pake kuah, la ini
nasi putih pake kuah. Namanya moi sup (Thailand selatan) atau Jok - dibaca
cuk seperti bahasa cina untuk bubur - untuk Thailand tengah dan utara. Ini
bukan makanan tradisional Thai tapi makanan Cina yang diadaptasi dibawa oleh
orang2 keturunan Cina di sana. Berhubung saya gak terlalu suka ma bubur jadi saya gak terlalu bernafsu untuk makan makanan ini.
Traditional Food
Di depan bus
Selesai makan
saya masuk ke bis, namun di jalan depan tempat makan tadi terdengar suara mobil
terbalik. Saya pun buru-buru keluar untuk melihat apa yang terjadi. Sebuah mobil
yang mengangkut buah klengkeng terbalik dan kelengkeng nya tercecer di jalan. Untungnya
orang nya tidak apa-apa, dan saya pun sempat menikmati kelengkeng yang
berceceran di jalan itu. Lumayan, kelengkeng nya gedhe-gedhe.hehe.
Sebelumnya ketika selesai makan saya sempat
berkenalan dengan bule cewek asal South
Africa. Namanya saya lupa. Dia juga mau ke Phuket Town, namun bukan buat
berlibur, tapi mau mencari kerja. Dia barusan ke Hongkong selama 1 bulan. Day 3 >>
0 komentar:
Posting Komentar