Wed, 29 August 2007
Hari ini kami berkunjung ke
SMK TELOK MAS. Sesampai disana kami disambut oleh pasukan baris berbaris yang
namanya PASUKAN KADET POLIS WANITA PENJARA. Pertama melihat memang lucu karena
gerakannya berbeda jauh dengan di Indonesia. Kalau di Indonesia, gerakan baris
berbaris itu dilakukan dengan pelan dan tegas. Tapi kalau di Malaysia pasukan
Kadet ini mempunyai gerakan yang sangat cepat. Setelah demo itu selesai, kami
masuk ke ruang makan asrama sekolah tersebut. Disana, kami dikenalkan dengan
profil SMK TELOK MAS itu. Tapi saya tidak sempat mencatat karena cara
menerangkannya yang sangat cepat. Kemudian kami juga dikenalkan dengan
permainan tradisional dari Melaka oleh siswasiswa disana. Ada yang kalau orang
Indonesia menyebutnya Lompat Tali,Dakon,Takraw,Dam-daman,Sudah Manda,dll.
Menurut
saya, permainan-permainan tradisional itu juga ada di Indonesia. Jadi tidak
asing bagi saya untuk melakukannya. Setelah sesi pengenalan permainan
tradisional selesai, kami dipandu oleh siswa-siswa disana untuk berkeliling ke
sekolah itu. Kita dikenalkan dengan berbagai ruangan yang ada. Perbedaannya
dengan sekolah di Indonesia adalah system pembelajarannya yang modern dan
bahasa pengantar yang dipakai adalah bahasa Inggris. Dan perbedaan yang sangat
nampak dengan SMAN 1 PACITAN adalah di setiap sisi tembok sekolah itu
bergambarkan dan bertuliskan berbagai materi dari beberapa pelajaran, seperti
materi pelajaran IPA dan yang lainnya. Sedangkan di SMAN 1 PACITAN tiap sisi tembok sekolah
kami polos tanpa ada gambar. Di sekolah itu juga ada mata pelajaran yang
mengulas dan mengajar tentang Life Skill atau ketrampilan hidup. Mungkin kalau
di Indonesia sekolah yang memuat pelajaran-pelajaran seperti itu ada di Sekolah
Kejurusan.
Setelah beraktifitas di
sekolah itu waktu makan siang pun tiba. Saya pun melepas
lelah disitu untuk kegiatan selanjutnya.
Pertama saya penasaran,
seperti apa kegiatan di homestay itu. Pertama kami pergi ke RAS BATIK. Yaitu
tempat pembuatan batik. Saya berpikir, di Pacitan juga ada. Tapi batik di
Indonesia dan di Malaysia berbeda sekali. Perbedaan itu terletak pada motiv dan
objek yang digunakan untuk membuat batik. Batik di Indonesia umumnya bermotif
garis ataupun titik. Sedangkan di Malaysia batik itu bermotif gambar sebuah
benda. Misalkan bunga atau hewan. Dan batik di Malaysia juga penuh warna,
berbeda dengan batik Indonesia yang hanya mempunyai satu atau dua warna pada
tiap batiknya, misalkan hitam dan coklat atau putih dan coklat. Dan bahan
pelukis kain batikpun sama dengan Indonesia yang menggunakan getah damar yang
dipanaskan dengan suhu yang tinggi. Setelah ke Ras Batik kami pergi ke tempat
penyadapan getah karet, setelah mencoba sendiri ternyata susah untuk
mendapatkan secangkir getah karet dalam waktu satu hari. Dari Ras Batik kami
menuju ke perkebunan Kelapa Sawit, disana diterangkan bahwa sekitar 1 kg kelapa
sawit itu berharga sekitar RM 467. Sudah puas di kebun kelapa sawit, kami
pindah ke lokasi yang lain, yaitu SAWAH. Kami diterangkan tentang padi disana
dan produksinya. Ternyata di Pacitan juga ada. Di sungai dekat sawah itu kami
,melihat orang menangkap ikan dengan memakai jala. Itupun juga ada di Pacitan.
Lokasi terakhir yaitu di sungai. Disana kami melihat orang yang sedang
memancing ikan. Menurut saya, cara memancing ikan ini sudah umum dimana-mana.
Tapi yang saya suka di tempat ini suasananya sejuk sekali dan bersih. Nyaman
bila dipakai merenung. Di sungai itu juga terdapat bangku kayu yang sengaja
dibuat untuk menikmati pemandangan indah di sungai itu. Setelah ketiga lokasi
itu kami kunjungi, saatnya pulang dan mempersiapkan diri untuk pertunjukkan
malam budaya malam ini.
Makan malam pun tiba. Makan
malam ini berbeda dengan makanan sebelumnya dengan menu ayam bakar. Wah, jadi ingat Pacitan lagi.
Kegiatan malam budaya
digabungkan dengan pesta pernikahan orang Melaka (tapi cuma pura-pura) dan
dimulai sekitar pukul 09.00 pm. Karena pada malam budaya ini saya akan
menampilkan tari tradisional Jawa, maka dengan kemampuan Prastika yang dapat
menari Jawa dia berias dan memakai baju tari Gambyong itu sendiri. "Ternyata
susah untuk memakai sendiri pakaian tari itu!"katanya sebel. Setelah
pengantin tiba dan duduk di pelaminan, kami dipanggil pernegara untuk memberi
restu dan menaruh bunga, santan dan beras pada tangan si pengantin tersebut.
Istilah ini disebut dengan TEPONG TAWAR. Penari di acara itu menarikan tari
tradisional, namanya TARI GENDANG SAYANG MAMBO.
Acara pesta selesai, dan
waktu untuk menampilkan kebudayaan Indonesia pun tiba. Dengan latihan yang
hanya sebentar dan rencana yang sederhana kami pun menampilkan TARI GAMBUH,
sebenarnya dengan tidak sengaja kami menciptakan tari ini karena kami bingung
akan menampilkan apa. Tari Gambuh ini modifikasi dari tari klasik asli Jawa
Tengah, tari Gambyong dengan tembang Macapat Gambuh. Dan tari ini disambung
oleh teman-teman dari Indonesia dengan menyanyikan satu lagu tradisional dari
Papua, APUSE dan satu lagu Nasional, yaitu Tanah Airku. Sedangkan saya bermain
gitar untuk mengiringi teman-teman. Alhasil, pertunjukan singkat ini menarik
banyak mata dari masing-masing Negara karena juga didukung dengan sedikit drama
dengan pura-pura tersandung. Jangankan peserta dari Negara lain, pak Heri saja
juga ikut tertipu. “Maaf ya, Pak”.:-)
Setelah semua Negara
menampilkan kebudayaan yang dimilikinya, acara seperti malam akrab di tempat
homestay itupun berlangsung. Dari sinilah kami sangat merasakan persaudaraan
yang dalam dengan sesame teman. Kami merasa sangat dekat di malam itu. Acara
malam akrab ini diwarnai dengan tari tradisional disana, namanya tari Lambat.
Semua orang menuju ke halaman dan menari Lambat. Saya pun tidak ketinggalan
untuk ikut menari meskipun saya tidak bisa menari,heee, yang penting saya sudah
ikut meramaikan acara pada malam itu. Acara perayaan perkawinan itu selesai,
dan kami diajak untuk melihat demonstrasi pembuatan kue tradisional. Salah satu
kue yang dibuat adalah kue Melaka. Kalau di Pacitan kue ini disebut dengan kue
Klepon. Dengan bahan tepung terigu dan gula jawa ditengahnya, juga ditambah
dengan taburan parutan kelapa di atasnya. Rasanya juga sama dengan kue Klepon
buatan Pacitan. Setelah itu kita pulang dan tidur pada pukul 01.00 am.
0 komentar:
Posting Komentar