Pukul 16.00 WIB kami bergegas untuk menuju ke Padang,
destinasi kita selanjutnya. Rute yang ditempuh dari Danau Maninjau kurang lebih
3 jam. Perjalanan kami melewati beberapa kota diantaranya Padang Pariaman,
Pariaman baru kemudian sampai di Padang. Selama perjalanan, kami sempat
berhenti di sebuah pantai di Pariaman, yaitu Pantai Gondoriah. Pantainya tidak
begitu bagus, namun boleh lah untuk sekedar rekreasi dan menghilangkan
kepenatan bersama keluarga.
Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Padang. Rute perjalanan
kami melewati pesisir pantai sampai akhirnya kami sampai di Kota Padang.
Sesampainya di Padang, kami segera menuju ke Pantai Padang untuk melihat-lihat
kondisi kehidupan malam di sekitar pantai. Ketika malam tiba, ternyata di
sekitar pantai tersebut berjejeran beragam motif dan bentuk payung maupun
tenda. Orang sekitar menyebutnya “Payung Ceper” dan “Tenda Ceper”. Ceper
artinya pendek. And maybe you know what I
mean.
Kami pun sampai di Jembatan Siti Nurbaya. Tempatnya
mirip dengan Jembatan Mer di Surabaya. Namun disini banyak lampu hias di atas
jembatan, jadinya kalau malam hari kelihatan begitu cantik. Di sepanjang
jembatan berjejeran penjaja makanan, mulai dari makanan ringan hingga makanan
berat. Menurut informasi yang aku dapat, jembatan itu berfungsi menghubungkan
antara Kota Padang dengan Bukit Sentiong. Adapun sungai yang mengalir di
bawahnya adalah Sungai Batang Arau.
Di perkampungan bawah jembatan juga ramai akan
kehidupan malamnya. Tapi pada waktu itu lumayan sepi gak terlalu banyak
kehidupannya. Menyusuri jalanan yang ada, sampailah kita di sebuah kota tua
peninggalan jaman Belanda. Dari bangunannya jelas terlihat bahwa bangunan itu
di bangun ketika sebelum Indonesia masih dijajah oleh Belanda. Sekarang,
bangunan itu dibiarkan begitu saja. Aku kurang tau juga, bangunan itu
dimanfaatkan sebagai tempat tinggal atau dibiarkan begitu saja. Tapi yang
jelas, pemandangan yang aku lihat di sekitar bangunan itu serasa tanpa
penghuninya.
Selesai keliling di bangunan tua, kami kembali ke kota
Padang. Kami berhenti di sebuah warung makan di belakang UNP. Harga yang
ditawarkan cukup murah untuk seporsi nasi goreng plus telor dihargai Rp
12.000,- saja.
Satu hal yang mungkin saja bermanfaat bagi kalian yang
ingi berkunjung di Kota Padang, adalah traffic-nya.
Bener-bener semrawut. Hampir semua pengendara motor maupun mobil, menyetir
dengan kenceng dan ngawur. Aku merasa kaget dan hati-hati ketika mengendarai
motor pada waktu itu. Mungkin hal ini dipengaruhi oleh banyaknya simpang, baik
itu perempatan, pertigaan, perlimaan atau bahkan perenaman (simpang 6) tanpa
lampu lalu lintas. Hal inilah yang menyebabkan jalanan di Kota Padang sedikit
agak semrawut.
Selesai makan malam, kami pun bergegas pulang ke
Bukittinggi lagi. Perjalanan ke Bukittinggi membutuhkan waktu kurang lebih satu
setengah jam. Jalanan terlihat agak lenggang, tidak terlalu sepi.
OK guys, sekian cerita dariku. Happy Travelling J
selamat datang dipadang...saya juga baru setahun disini, senang membaca cerita dalam blog anda
BalasHapusWElcome too ranah minang..kotanya unik,, betah rasanya tinggal di minang ini :-)
BalasHapus