Ini adalah
perjalanan saya yang terbilang nekat. Dibilang nekat karena emang perjalanan
yang sangat singkat bagi saya. Gak tau kenapa, akhir-akhir ini saya tertarik
sekali terhadap budaya jawa. Dan salah satunya adalah perjalanan saya kali ini
ke kota Kasunanan Surakarta untuk melihat upacara pada malam satu suro ini. Upacara
ini biasa disebut dengan kirab satu suro, dimana acara intinya adalah kerbau
albino atau kebo bule (kerbau keturunan Kiai
Slamet) yang diarak mengelilingi daerah Keraton Surakarta.
Perjalanan dimulai
dari tempat tinggal saya di Surabaya. Perjalanan kali ini saya sendirian tanpa
seorang teman yang menemani. Kasian bener nasib gue…. L
Rabu, 14 November 2012 pukul 11.00 WIB saya berangkat ke Terminal Bungurasih dengan menunggangi motor tua saya. Perjalanan ditempuh sekitar 30 menit karena kondisi jalan yang sedikit macet karena long weekend. Setelah memarkir kendaraan, saya langsung bergegas masuk ke terminal dan langsung mencari bus ekonomi jurusan Solo. Kebetulan saya melihat bus Sugeng Rahayu (dulunya Sumber Kencono) akan berangkat dan saya pun langsung naik tanpa pikir panjang. Kebetulan semua tempat duduk pada saat itu penuh dan tersisa satu tempat duduk di kursi nomor dua dari belakang. Alhamdulillah masih diberi tempat duduk.
Perjalanan di bus pun saya habiskan dengan mendengarkan musik sambil menikmati pemandangan selama perjalanan.
Pukul 19.30 WIB saya sampai di Solo dan saya berhenti di depan RS MOEWARDI. Gak terasa perut saya terasa semakin memberontak dan saya melihat sebuah angkringan di dekat saya turun tadi. Saya pun segera mengisi perut saya dengan dua buah nasi kucing dan beberapa gorengan yang ada. Saya sempat mencicipi nangka goreng makasar dan rasanya tidak terlalu mengecewakan yang artinya enak J
Gak berapa lama, temen saya datang menjemput saya dan diajak ke kosannya. Setelah mengantarkan temen saya untuk membeli makan, kami segera ke kos. Akhirnya nemu kasur juga. Saya pun langsung merebahkan badan sejenak sebelum bertempur untuk pertunjukan nanti malam. Setelah istirahat selama 1 jam sambil ngobrol-ngobrol, pukul 22.30 saya dan temen saya segera berangkat ke Keraton Surakarta. Sebelumnya, kami sempat muter-muter dulu di daerah Solo sambil menghafal jalan tentunya J
Setelah capek muter-muter, kami parker motor kami di Alun-alun dan masuk ke kompleks Keraton Surakarta. Ini pertama kalinya saya masuk ke kompleks keraton tanpa dipungut biaya sepeserpun. Ketika saya masuk ke dalam keratin, saya melihat banyak sekali pengunjung baik yang berasal dari solo maupun luar solo yang ingin melihat acara kirab satu suro itu. Mereka banyak yang tidur-tiduran di bale keraton yang luas. Saya juga berkeliling di kompleks tersebut. Ada sebuah pohon, yang namanya saya juga lupa, dimana tidak bole memetik daunnya sebelum mendapat ijin dari pihak keratonnya. Bener-bener kaya akan mitos disini.
Suasana Kirab 1 Suro
Setelah berkeliling,
sampailah di suatu tempat jompleks keraton paling belakang sendiri, dimana dari
situ saya bisa melihat prosesi ngumbah
keris sebelum nanti di arak mengelilingi kota bersama kebo bule. Namun berhubung acaranya membosankan karena hanya
melihat dari kejauhan, kami putuskan untuk kembali berkeliling keraton. Setelah
muter-muter agak lama, pukul 23.30 WIB kami mencari tempat di dekat jalan keluar
Keraton Solo, tepatnya di deket Gladak yang banyak pohon gedhe-gedhe-nya. Sambil menunggu acara dimulai, saya sempat membeli
sebuah wedang rondhe yang merupakan minuman kesukaanku. Meskipun rasanya gak
terlalu maknyuss namun cukuplah
mengobati rasa kepengen-ku. Pukul 00.10
WIB para keluarga keraton dan aparat kepolisian segera membersihkan jalan. Pengamanan melibatkan aparat polisi, tentara, Pramuka,
resimen mahasiswa dari beberapa universitas di Solo dan Persaudaraan Setia Hati
Teratai (PSHT). Orang yang memakai baju warna merah dilarang
didepan. Selain itu, ketika memotret gak bole pake lampu flash. Oiya, gak bole rame juga. Hal ini dilakukan agar upacara
dapat berjalan lancar.Pada saat itu, kami mendapat tempat paling depan sehingga dapat melihat jelas prosesi kirab nanti. Gak berapa lama, kebo bule yang dinantikan pengunjung pun muncul. Kebo bule berjumlah 9, dimana 7 kebo dewasa dan 2 kebo anak-anak. Di belakangnya adalah rombongan pembawa pusaka. Sembilan pusaka pun diarak mengelilingi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Dari informasi yang saya peroleh, diperkirakan peserta kirab mencapai 7.000 orang, mulai dari kerabat Keraton, sentana, abdi dalem hingga petugas pengamanan.
Namun, ketika sampai di Bundaran Gladak, kebo bulenya ngambek dan
kembali ke keraton. Acara pun terpaksa di pause
untuk menunggu kebo bule kembali lagi ke jalan. Srati mahesa atau pawang
kerbau dan abdi dalem berusahan membujuk kebo bule agar mau kembali lagi
ke jalan. Sambil menunggu saya melihat pemandangan yang sangat unik. Ketika kebo
bule balik ke keraton, salah satu kebo mengeluarkan kotoran. Entah apa, tiba-tiba
ada beberapa orang yang mengambil kotoran kebo tersebut. Keluarga keraton pun
juga ikut mengambilnya. Konon, biar dapat berkah gitu sih.
Oiya, kebudayaan keraton sangat dijunjung tinggi. Buktinya, saya sempat mendengar percakapan salah seorang abdi dalem yang memanggil atasannya dengan panggilan “Gusti Ayu”. Inilah salah satu kebudayaan Indonesia yang patut kita jaga sebagai generasi muda.
Setelah kurang lebih 15 menit, kebo bule kembali muncul, namun hanya berjumlah 5 ekor saja. Sisanya tidak mau turun ke jalan lagi. Selanjutnya perjalanan kirab dilanjutkan mengelilingi daerah Keraton Solo.
Sumber : en.surakarta.go.id/content/kirab-malam-1-suro-tahun-2012-0
Pukul 02.00 WIB kami pun pulang ke kos dan tidur. Keesokan harinya, pukul 09.00 WIB kami keluar cari makan dan maen ke Taman Balekambang. Dengan membayar Rp 2.000,- saja, kita sudah bisa menikmati pemandangan di daerah taman. Kebetulan pada saat itu, ada pertunjukan Reog Ponorogo.
Pukul 12.00 WIB kami pun pulang ke kos dan prepare buat balik lagi ke Surabaya. Sebelum pulang, saya sempat membeli serabi khas solo yaitu Serabi Notosunan no.28. Cirinya company colour-nya warna hijau. Pada saat itu sangat ramai sekali. Setelah mengantri selama 15 menit tibalah giliran saya, saya memesan 5 srabi biasa dan srabi cokelat (recommended). Rasanya maknyuss banget. Harga srabi original Rp 1.800,- dan srabi cokelat Rp 2.000,-. Kalo ke Solo lagi wajib nyobain ne srabi.
Sekian catatan perjalanan singkat saya ketika di Solo. Thanks to my
friend for your facilities J
0 komentar:
Posting Komentar